Irigasi Pintar ITB

Alumni ITB Menciptakan Alat Irigasi Pintar

Alat irigasi pintar bisa membantu petani agar dapat menyiram sesuai kebutuhan tanaman.

BANDUNG — Kini bukan hanya telepon seluler pintar (smarthpone) saja yang berkembang. Tim Institut Teknologi Bandung yang dipimpin Alumni Teknik Fisika ITB tahun 2010 Nugroho Hari Wibowo menciptakan sebuah inovasi sistem irigasi pintar untuk para petani.

Inovasi sistem irigasi pintar ini membantu petani agar dapat menyiram tanaman secara otomatis sesuai kebutuhan tanaman (precision farming). Inovasi teknologi di bidang irigasi pertanian tersebut ia buat bersama 9 anggota kelompok inti perusahaan BIOPS Agrotekno.

“Kami ingin menghadirkan era baru bagi petani di Indonesia, meningkatkan daya hasil panen baik dari segi kuantitas maupun kualitas,” kata Nugroho dalam siaran pers ITB, Jumat (5/7). Ia menyebutkan sistem inovasi yang dibuat bernama Encomotion. Ada dua alat inovasi besar yang dikerjakan, diantaranya adalah Encomotion Monitoring dan Encomotion Controlling.

  • Bagaimana cara kerja Irigasi Pintar ?

Encomotion Monitoring bekerja dengan cara mendeteksi temparatur, cahaya, kelembaban, curah hujan, dan arah angin. Data hasil deteksi tersebut kemudian dikirim ke server dan Dashboard Encomotion melalui jaringan internet.

Data yang diterima oleh Dashboard Encomotion tersebut barulah kemudian diproses oleh Encomotion Controlling. Encomotion Controlling pada akhirnya akan bertanggung jawab mengatur sistem irigasi tanaman tersebut.

Tanaman sayur dan buah-buahan sangat rentan dengan jumlah penyiraman air. Jika air yang disiram terlalu banyak, akar tanaman bisa menjadi busuk. Namun, jika air yang disiram terlalu sedikit, nutrisi tanaman jadi tidak optimal. Sekarang, masalah ini mendapat solusi. Dengan Encomotion, tanaman sayur dan buah-buahan tumbuh dengan seragam, rata-rata luas daun lebih besar, dan diameter batang tanaman pun lebih lebar.

  • Apa manfaat dari Irigasi Pintar ?

Dijelaskan Nugroho, jika dibandingkan dengan pertanian konvesional, Encomotion mampu meningkatkan 40 persen produktivitas, menghemat 50 persen waktu yang dibutuhkan, serta mengurangi jumlah air dan pupuk hingga 40 persen. Kini, petani memiliki data mengenai kebutuhan tanamannya secara lebih pasti.

“Apabila kelembaban tinggi, petani tahu harus mempersiapkan apa untuk menghalau jamur. Apabila hasil panen tidak optimal, petani juga tahu sebab pastinya, semua kegagalan panen bukan hanya karena nasib petani yang sedang jelek,” tuturnya.

Dibimbing oleh LPiK ITB sejak tahun 2016, BIOPS Agrotekno kemudian diberi wawasan bisnis yang lebih banyak. Encomotion kemudian dikomersilkan dengan tiga cara, diantaranya dengan beli putus, sistem sewa, ataupun bagi hasil.

Bisnis model ini dinilai lebih tepat mengingat tujuan awal BIOPS adalah menjadi mitra yang saling menguntungkan untuk petani, mereka tidak ingin keterbatasan biaya menghalangi petani untuk mengetahui kebutuhan tanaman mereka sesuai data yang konkreat.

  • Bagaimana pengembangan Irigasi Pintar kedepannya ?

Pengembangan sistem sejak tahun 2010 ini masih terus melakukan penelitian terkait pengembangan-pengembangan sistem selanjutnya. BIOPS tengah berkutat mempersiapkan Encomotion untuk lahan pertanian yang lebih besar, begitupula juga tertarik memberikan solusi terkait dua masalah pokok pertanian selain penyiraman, yakni hama dan pupuk.

“Pupuk harganya mahal, kalau petani tidak tahu seberapa banyak pupuk yang harus diberikan, takutnya petani malah buang-buang uang ke tanahnya. Makanya sekarang juga lagi mengembangkan kalkulator pupuk,” ujar pria yang kerap disapa Bowo itu.

Mengedukasi petani menjadi tantangan terberat untuk BIOPS mengingat mayoritas petani di Indonesia berumur 60 tahun keatas. Selain itu, BIOPS juga masih punya PR yang harus diselesaikan terkait dampak dari produk temuannya ini.

“Apabila komoditas sayur dan buah-buahan yang dihasilkan petani melimpah ruah, produktivitas terlampau tinggi, harganya akan jatuh dan petani ujung-ujungnya pun merugi,” ucap dia.

Maka dari itu, BIOPS juga sedan mengembangkan ekstraksi produk terkait persoalan ini. Jika jumlah komoditas sangat banyak, maka produk sebaiknya diolah, tidak dijual mentah-mentah, oleh karena itu pemberdayaan petani juga menjadi hal yang penting.

Penulis : Ihsan


Referensi :

Republika